
Mengenal lebih dekat Bripka Seladi, polisi menyambi pemulung sampah
Bripka Seladi (58) pandai memanfaatkan peluang untuk menambah
penghasilan. Anggota Satuan Lalu Lintas Polresta Malang ini menyambi
sebagai pemulung plastik dan barang bekas. Pekerjaan sampingan ini
dilakukan di luar jadwal piket.
Ketika Seladi sudah berada di antara barang-barang bekas, sama sekali tidak menyangka jika dia seorang polisi. Seperti yang merdeka.com
saksikan saat bertemu kemarin. Dengan kaos lusuh dan topi terbalik,
tangan Seladi cekatan memilah barang yang sekiranya masih bisa dijual
dari tumpukan sampah di depannya.
"Ini rezeki, kenapa harus
dibuang-buang. Sampingan saja, satu jam atau dua jam waktu luang saya
manfaatkan untuk kegiatan ini," kata Seladi di Kecamatan Klojen, Kota
Malang.
Tumpukan sampah yang kotor dan bau menggunung dan
memenuhi gudangnya. Selama bekerja, Seladi dibantu dua orang. Salah
satunya putra kedua, Rizaldy Wicaksono (23) yang baru saja selesai
kuliah D2 di Universitas Malang jurusan Teknik Informatika. Keduanya tak
kalah cekatan, seolah berlomba mendapatkan sampah paling banyak.
Rumah yang dijadikan tempat pengumpulan sampah adalah rumah seorang
karib yang dipinjam. Rumah itu mulai digunakan sejak tahun 2008, tetapi
Seladi sudah dua tahun sebelumnya menjadi pemulung.
"Sejak 2008,
rumah ini dipinjami teman. Kalau dulu langsung dijual ke pengepul karena
tidak ada tempat, sekarang dikumpulkan baru kemudian dijual," katanya.
Seladi menceritakan, bisnis sampah yang digelutinya berawal saat
dirinya melihat sampah menumpuk di Polresta. Suatu saat, dirinya datang
ke pengepul rongsokan dan ternyata laku dijual.
"Saya melirik, wah ini rezeki juga. Jangan dibuang-buang. Buat sampingan tambahan. Intinya, dari pada dibuang-buang," katanya.
Seladi kemudian mengumpulkan sampah hanya di lingkungan Polresta
Malang, tetapi setelah itu berkeliling-keliling kota. Setiap bak sampah
ditengok untuk melihat barangkali ada barang yang masih digunakan.
Kegiatan mencari sampah dilakukan di luar tugas, yaitu malam hari.
Seiring waktu, Seladi tidak lagi mencari di bak sampah, tetapi bekerja
sama dengan pihak lain yang bersedia mengantarkan sampah ke gudangnya.
Seladi menggunakan waktu luangnya untuk memilah-milah sampah sebelum
kemudian dijualnya.
"Kenapa harus malu, ini rezeki juga," tegas pria kelahiran Dampit, Kabupaten Malang ini.
Selain soal bisnis sampah, penampilan Seladi memang jauh dari kesan
mewah. Dia selalu menggunakan sepeda onthel warna putih untuk bekerja.
"Pukul 05.00 WIB sudah berangkat dari rumah. Pakai sepeda onthel putih itu," tuturnya.
Jarak rumah Seladi ke Mapolresta Kota Malang sekitar lima kilometer.
Setiap pukul 06.00 WIB dia harus mengikuti apel, sebelum kemudian menuju
lokasi jaga sesuai dengan jadwal.
Rabu (18/5) lalu, Seladi
mendapatkan giliran berjaga di depan Kantor Telkom Blimbing. Sekitar
pukul 06.30 WIB, dia sudah berada di lokasi.
Selama sekitar 1,5
jam, Seladi terlihat mengatur arus dan menyeberangkan pejalan kaki.
Beberapa orang terlihat melanggar aturan dengan tidak mengenakan helm.
Seladi pun memberi arahan tentang bahayanya jika terjadi kecelakaan.
Tidak sedikit warga yang akrab dengan Seladi. Mereka menyapa dengan melambaikan tangan, atau membunyikan klakson.
Seladi bertutur, ada satu cita-cita yang hingga kini belum tercapai,
yakni mewujudkan keinginan sang anak menjadi polisi. Rizaldy memang
berkeinginan keras mengikuti jejak sang ayah.
Sudah tiga kali
Rizaldy mendaftar dan tes masuk polisi. Namun semuanya gagal. Rizaldy
mengaku masih akan mencoba lagi di kesempatan terakhirnya.
"Sudah tiga kali daftar masih gagal. Nanti mau daftar lagi, kesempatan terakhir," kata Rizaldy.
source : SuaraRakyat
0 komentar:
Post a Comment